Jumat, 22 Oktober 2010

Dena dan Fera

“Dena, mana Fera?”tanya Mama bertanya pada Dena, kembaran Fera.
“Fera,ma? Ada di dapur, lagi bikin roti cokelat.”jawab Dena.
“Ya udah, sini ikut Mama.” Dena mengikuti Mama nya ke dapur.
“Fera! Selamat Ulangtahun yang ke 11,ya! Tambah pintar,cantik,sehat selalu..”seru Mama.
“Wah,mama. Ingat aja,ulangtahunnya Fera..”jawab Fera.
“Aku juga ulangtahun,kan?”seru Dena. Iya,Dena dan Fera adalah anak kembar!
“Fera, nanti kamu di pesta-kan,ya. Mama udah daftarin di restoran terkenal, sekelas kamu! undangannya udah siap. Kue tart nya juga! Jadi, kamu nanti pakai gaun bagus..”
“Makasih,ya,ma.”
“Aku,kan..juga ulangtahun. Kenapa,kenapa,kenapa..semuanya serba Fera!”seru Dena sedih.
“Kamu,den? Nggak perlu dipestakan..”jawab Mama marah.
Karena ini sudah saatnya berangkat sekolah, Dena dan Fera diantar ke sekolah yang sama. Teman-temannya bukan menyambut Dena, tetapi Fera. Lagi-lagi, Dena sedih karena kelakuan semua sahabatnya dan Mamanya. Dena menyendiri di kebun sekolah.
“Dena! Sedang apa kamu di sana?”tanya Meyta,sahabat Dena.
“Aku….”Dena sedih dan tak dapat menyelesaikan kata-katanya.
“Kamu kenapa? Cerita lah padaku,”jawab Meyta prihatin.
“Aku nggak pernah di sambut seperti Fera. Aku nggak pernah dihargai orang lain. Nggak ada yang mau temanan sama aku,Ta. Cuma kamu dan ayahku saja yang terbaik bagiku. Aku nggak pernah dibelikan hadiah..aku nggak pernah sekalipun! Aku juga,nggak pernah boleh ikut wisata,cuma Mama dan Fera aja. Aku sendirian di rumah,sorenya mungkin cuma sama ayah..,”jawab Dena sedih dan menangis.
“Ya sudah..,yuk,kita main sama-sama!”hibur Meyta.

“Aku mungkin hanya sebagai bahan olokan di kelas. Semuanya seperti menganggapku tak ada. Semuanya seperti menganggapku sebagai batu kerikil yang selalu diinjak oleh manusia yang artinya aku tak pernah dipedulikan dan selalu kuper…,”
“Sudahlah,Den. Biar saja Fera seperti itu, nanti juga kena getahnya.”sahut Felin yang tiba-tiba datang. Rupanya ia mendengar perbincangan Dena dan Meyta.
“Iya, orang seperti itu tak usah fikirkan! Fera itu orangnya manja,pemarah,nakal,sok banget,bandel..ya,gitu gitu lah! Ngapain juga Fera seperti itu kita temanin.”jawab Maya yang ada di sebelah Felin.
“Eh,sepertinya udah masuk kelas. Masuk,yuk!”ajak Meyta.
“Ya..,”jawab semuanya bersamaan.
“Hari ini ada yang berulangtahun. Ini undangannya. Yang ulangtahun……,Fera!”seru Bu Neni menyebar undangan. Aku nggak akan datang,fikir Dena dalam hati.
“Ternyata ada kurang satu undangan untuk Dena. Sayang sekali,ya,Dena,kamu nggak dapat undangannya!”seru Bu Neni, terlihat senyum senyum dan tertawa. Sekelas semua menertawai Dena. Dena meraih tas yang ada di dekatnya dan pergi dari kelas. Semuanya beralih perhatian pada Dena. Dena menangis di jalan. Ia tidak memerhatikan semua itu, sampai dia sangat pusing. Sebetulnya, Meyta, Maya dan Felin hendak mengejar Dena. Tapi Fera dan Bu Neni melarang seperti orang pembencinya saja. Hanya Meyta,Maya,Felin dan Ayah saja yang mengetahui semua perasaan Dena. Dari kecil, ia tak pernah merasakan sekali pun, setitik pun kasih sayang dari Mama nya. Semuanya serba mandiri ia lakukan. Biaya SPP pun, Mama tak mau menanggung jawabkan. Mama hanya mementingkan Fera dalam hidupnya. Mama tak pernah sayang sedikitpun pada Dena. Semua yang Dena miliki,hanya berkas dari Fera!
Brrsss…..Hujan deras! Bagaimana dengan Dena? Dena kasihan..,sekali. Dia berteduh di toko roti. Pemiliknya bernama Bu Yanti. Bu Yanti menanyakan apa yang terjadi dengan Dena. Dena menjawab semuanya yang ia alami.
“Dena,Ibu juga merasakan hal yang sama seperti kamu. Bersabarlah, biar saja orang-orang yang memanjakan Fera itu. Seperti yang pernah Ibu dengar, ‘memanjakan, dahulu dimanjakan’ yang artinya, bila seseorang memanjakan bawahannya,berarti dia juga pernah dimanjakan.”seru Bu Yanti menyemangati Dena.
“Benar,bu?”
“Iya. Apapun yang terjadi denganmu, Berdo’a lah kepada Tuhan Yang Maha Esa,memohon pertolongan-Nya. Kamu pasti bisa,kalau berusaha. Kamu belajar,kesusahan. Kamu berdo’a,memohon pertolongan. Kamu semangat, prestasimu akan membuatmu slalu bisa. Kamu pasti bisa! Bersemangatlah menuju masa depan! Gapai cita-citamu yang masih setinggi langit!”
“Bu Yanti..terimakasih,ya.”
“Dena, Ibu punya hadiah buat kamu.”
“Oh,ya? Tidak merepotkan Ibu?”
“Tidak. Ini, hadiah spesial buat kamu!”
“Hah? Bukankah..ini mahal?”
“Tak apa. Anggap saja itu pertanda persatuan kita,”seru Bu Yanti mengakhiri,hujan juga sudah berhenti. Apa kalian tahu,apa yang diberikan Bu Yanti? Yang diberikannya adalah..Kue Tart Rose! Sungguh senang hati Dena. Dena masih kehilangan orang-orang yang dicintainya. Dia terus semangat,membangkitkan cita-citanya. Biar ia tidak di hargai,yang penting,kan, Prestasinya.
Hari ini ulangan kenaikan kelas. Dena sudah bersiap-siap. Dia sangat siap! Fera? Sebaliknya. Dia tidak belajar, malahan janji kepada Zina,sahabatnya untuk saling menyontek! Dena mengerjakan semuanya dengan cepat dan tepat. Tak ada kesahalan di setiap jawaban yang ia tulis. Dena bertekad bulat untuk mengalahkan sekelas. Dena sudah berdo’a,memohon pertolongan,seperti kata Bu Yanti. Dena ingin menyatakan bahwa ia bukan sesuatu yang diejek kepada teman temannya yang mengolokinya ‘anak manja’ dan ‘si ratu tangis No.I di kelas’.
Seminggu kemudian…
“Ranking terbaik daripada kelas-kelas lain, nilai tertinggi di sekolah ini, jatuh pada..Dena Asyifa Zetthia! Dari kelas V a, dengan jumlah nilai 999,jumlah rata-rata nya 2,00! Kegiatan pengembangannya A+ dan Star!”seru Bu Mawar,kepala sekolah. Nilai Dena..tertinggi daripada kelas lain! Wah..sungguh hebatnya Dena. Dengan nilai A+ dan Star, dia masuk kelas profesional,lho! Pernahkah kamu berfikir, anak Manja bisa dapat nilai tertinggi? Tentu tidak ada! Anak manja biasanya suka menyontek. Dena dibilang anak manja,tapi nilainya tertinggi! Bukankah itu hebat?
“Dan, nilai terjelek daripada kelas lain,dan akan tinggal kelas…jatuh pada..Fera Cetcha Nalia!”seru Bu Mawar marah.
“Fera,kamu tinggal kelas, harusnya kelas V jadi kelas III. Makanya, rajin berlatih,ya!”seru Bu Neni. Nah..,itu dia balasannya anak yang manja. Justru anak yang diejek manja, ia lah yang terbaik. Dena akan selalu ingat pada kata-kata Bu Yanti.. Kita bisa,kalau berusaha! Raihlah dan gapailah bintang di langit yang tinggi dengan satu pesan moral: ‘Raihlah bintang yang tinggi di langit untuk mengejar cita-citamu.’

_SELESAI_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentar puisi ini